Kamis, 17 Desember 2015

PART 5 : HOLD MY HAND




Part 5 

Tak ada jadwal jaga bukanlah hari yang benar-benar bebas merdeka bagi seorang dokter. Kapanpun, ada ataupun tidak ada jadwal dia harus terus siaga kapanpun tenaganya dibutuhkan. Begitupun dengan Bagas, seharusnya hari ini ia bisa menghabiskan waktu liburnya di rumah atau berkumpul dengan teman-temannya, sayang diluar dugaan bahkan sebelum ia benar-benar terjaga dan kesadarannya kembali ia mendapatkan panggilan dari sejawatnya yang bekerja di Rumah Sakit tempatnya mengabdikan diri 
"Dokter Raihan, apakah Anda bisa datang ke Rumah Sakit hari ini?" suara dr. Mayang diseberang sana dengan nada lemah. 
"Ya, ada apa Dokter... Ada yang serius kah?" 
"Maaf Dokter, ini urgent. Sekali lagi saya minta maaf. Saat ini saya berada di RS. Waluyo dan sedang mendapatkan penanganan medis" Bagas tersentak dan menyingkirkan selimut tebal yang menutupi tubuhnya 
"mendapatkan penanganan medis, apa yang terjadi Dokter?" 
"ceritanya panjang Dok, yang jelas saya tidak bisa datang ke Rumah Sakit, kalaupun bisa bukan sebagai dokter melainkan pasien Anda karena saya tidak bisa melakukan operasi dengan tangan yang dibalut kain perban kan?" Bagas terdiam sesaat mencoba menelaah kalimat rekannya 
"seharusnya pagi ini saya ada jadwal 2 kali operasi, tapi sekali lagi saya tidak bisa berbuat apa-apa selain melemparkan tanggung jawab kepada Anda. Tolong dr. Raihan, jika memungkinkan penundaan operasi maka saya akan lakukannya, tapi saya tidak bisa menjadikan nyawa pasien menjadi taruhan, tolong dr. Raihan" 
"baiklah, tapi sebenarnya apa yang terjadi pada Dokter?" 
"setelah semuanya selesai diurus, maka Dokter akan tahu apa yang terjadi pada saya. Sesegera mungkin saya akan dipindahkan ke RS. Medika untuk mempermudah jangkauan orang tua" 
**

Operasi pertama telah terlewati dengan baik, Bagas menyandarkan badannya di ruang peristirahatannya. Matanya terpejam sesaat melepaskan lelah 
"untung dr. Mayang tidak luka parah" 
"iya, baru saja beliau dipindahkan kesini. Tapi ya untuk beberapa operasi akan dilimpahkan ke dokter lain karena lukanya" 

'klek' Bagas membuka pintu ruangan, tampak dua orang perawat tengah berbincang sambil mengecek catatan medis yang akan diserahkan pada dokter yang akan melakukan visite pagi ini. Melihat Bagas muncul dari balik pintu maka keduanya terdiam dan menganggukkan kepala tanda hormat. 
"operasi kedua jam berapa Suster?" 
"satu jam lagi Dok, di OK 3" 
"oh terima kasih Suster" Setelah menanyakan jadwalnya Bagas mengambil ponselnya dari dalam laci. Mendengar nama dr. Mayang disebutkan rupanya membuatnya teringat pada Indira 
"Ini Bagas Om" sapanya pada seseorang yang ia hubungi 
"ada apa Gas, tumben kamu telepon Om" jawab dr. Satya, Dokter bedah di RS. Waluyo rupanya Bagas mulai terpancing oleh ide Anggi 
"Om tahu dr. Indira?" 
"Indira Larasati? kenapa memangnya kalau om kenal" 
"bisakah Om membantuku ketemu dengan dia hari ini di RS?" 
"kamu mau kesini, serius??!" 
"satu jam lagi aku ada operasi, setelah itu aku akan kesana Om. Ada sesuatu yang harus aku bicarakan dengan dr. Indira" 
"Om nggak salah denger, dengan Indira?" 
"iya Om, tapi Bagas harap kedatangan Bagas tidak diketahui disana" 
"Om sudah paham, kamu tenang saja" 
-- 

Sesuai dengan rencana, usai melakukan operasi Bagas meluncur ke Waluyo. Satu jam lebih cepat dari jadwal kerja Indira selasai. Dengan menggunakan rayben ia memasuki RS. Waluyo dengan sedikit tertunduk langsung menuju ruangan dr. Satya 
"Oh.. Kamu datang beneran, Gas?!" Bagas tersenyum menjawab keterkejutan dr. Satya yang tidak menyangka keseriusan permintaan Bagas, dr. Satya memandang penuh kecurigaan pada Bagas, pandangan penuh selidik dengan senyuman membuat Bagas sedikit kikuk 
"bukan Om, bukan seperti itu" dengan senyuman malu Bagas menjawab rasa penasaran dr. Satya 
"ini dr. Satya, apakah dr. Indira masih di ruangannya" rupanya dr. Satya menghubungi ruang IGD tempat dimana ruang kerja Indira berada 
"masih Dok, Dokter ingin berbicara dengan dr. Indira?" 
"oh bukan, ini suster Mia?" 
"ya, Dok" 
"tolong jangan katakan apapun ke dr. Indira, tapi sampaikan pada saya saat dr. Indira bersiap meninggalkan RS. ada seseorang yang ingin menemui dr. Indira yang akan saya antarkan kesana jika jadwal jaga selesai" 
"baik Dokter" Gagang telepon diletakkan kembali, dr. Satya masih tetap dengan mimiknya yang membuat Bagas salah tingkah 
"santai saja Gas, Indira memang sangat cantik. Seandainya Om masih muda pasti akan jatuh cinta juga pada Indira" godanya kemudian 
"Om....!" Bagas memprotes godaan dr. Satya.

Dua ahli bedah bertemu maka suguhan diagnosa pasien akan jadi menu paling menarik dan tidak akan cukup berapapun waktu untuk berdiskusi. Tak terasa satu jam penantian Bagas terlewati begitu cepat sampai akhirnya suara ketukan pintu oleh Suster Mia yang menyampaikan bahwa Indira tengah bersiap pulang meyadarkan keduanya. Tanpa banyak kata, Bagas dan dr. Satya meninggalkan diagnosa diagnosa yang mereka diskusikan. 
"pake kacamatamu dan tunggu di ujung jalan deket taman, aku akan membawa dokter cantikmu kesana" 
"Om.... Aaaah Om Satya salah, dia bukan gadisku, Om" 
"hahahhaaa" dr. Satya tidak memperdulikan penjelasan Bagas dan justru terus berjalan menuju IGD untuk mendapatkan dr. Indira. 
-- 

Gadis itu kini berada di depannya, berjarak beberapa langkah darinya. Cantik, cantik sekali hanya kata itu yang memenuhi otak Bagas. 
"Maaf bila terpaksa saya harus menemui Anda disini, tidak ada pilihan lain selain meminta bantuan dr Satya untuk menemui Anda. Maafkan kelancagan saya Dokter" 
"Ah ya.... Tapi apakah kita pernah bertemu sebelumnya?.. Anda mengenal saya, siapa ya?" Bagas tersenyum mendengar pernyataan wanita yang kini seakan menghipnotisnya sehingga enggan untuk memalingkan pandangan, suaranya begitu halus dengan intonasi rendah terdengar begitu merdu ditelinga 'wake up Gas, what happend with you' sejenak ia seperti terbangun dari sihir dan tersenyum sendiri akan kebodohannya. 
"hmmm... Kita pernah bertemu??" 
"Ah ya..... Eh maaf Dokter. Ya kita pernah hampir bertemu. Hampir" 
"hampir?" Bagas mempersilahkan Indira untuk duduk di bangku taman Rumah Sakit itu. 
"harusnya kita duduk di Merdeka untuk menikmati menu mereka, sekali lagi maafkan saya jika harus memanfaatkan bangku taman sebuah Rumah Sakit" 
"Merdeka??? Ah..... Anda?!" 
Indira menggantung kalimatnya, dipandanginya pria itu dengan seksama mencoba membandingkan sosok yang kini ada di depan matanya dengan foto yang masih ia simpan di galeri ponselnya. Bagas membaca ekspresi Indira, ia tersenyum. Sesaat suasana diantara keduanya serasa kaku, hanya senyum yang menghiasi wajah Bagas dan Indira masih sibuk dengan pikirannya, mempertanyakan apa dan mengapa pria ini menemuinya, apakah dia benar-benar mengharapkan mengenal dirinya ataukan ini intervensi Anggi lagi, tapi kenapa dr. Satya terlibat dan bukan Anggi. 
"dr. Indira" 
sekali lagi Bagas menyebut nama Indira mencoba membuka suara memulai perbincangan, perbincangan yang sejujurnya masih membuatnya bingung harus dimulai dari mana dan tentang apa. 
"dimanapun bukankah hasilnya sama, Dok. Mau di Merdeka ataupun di bangku taman Rumah Sakit toh judulnya juga belum berubah dari konsep yang dibuat oleh Anggia Kinanti" 
Indira menutup kalimatnya dengan senyum yang di iyakan oleh Bagas. 
"Maaf untuk malam itu Dokter, hmmmm sejujurnya saya sudah disana... " 
"Iya... Kenapa Anda pergi bahkan sebelum melihat saya, apakah penampilan saya mengecewakan untuk ditemui, apakah punggung saya mencerminkan penampilan saya malam itu" 
Bagas tersenyum mencoba mengajak Indira untuk sedikit bercanda 
"Ah dokter melihat saya???" 
"tidak banyak informasi yang Anggi berikan pada saya tapi untuk penampilan malam itu, Anggi mengirimnya dengan detail" "trouble maker" Indira bergumam lirih dengan ekspresi kesal pada tindakan Anggi 
"ya" Bagas mengagetkan Indira yang sempat lepas kontrol 
"Ah bukan Anda yang saya maksudkan" Perbincangan diantara keduanya mengalir begitu saja mulai dari basa basi yang tidak penting membuat keduanya lebih nyaman 
"Dokter Indira tidak tergesa gesa kan, maaf saya jadi menyita waktu Anda disini" 
"saya tidak terbiasa tergesa gesa Dokter, semua yang saya kerjakan pasti akan saya lakukan dengan tenang, setenang saya menunggu dr. Bagas melepas rayben itu" 
"oh.... Hahahahaha, maaf maaf saya sampai tidak menyadarinya" 
sesaat Bagas menggerakkan tangannya hendak melepaskan kaca mata rayben yang ia kenakan, tapi gerakannya terhenti saat ia tanpa sengaja melihat dokter yang berjalan dikoridor mengarah ke taman

Don't Miss It :
Part 1 :HOLD MY HAND
Part 2 : HOLD MY HAND 
Part 3 : HOLD MY HAND
Part 4 : HOLD MY HAND

Tidak ada komentar:

Posting Komentar