Part 1
Dia begitu cantik, jauh lebih cantik dari waktu aku
mengenalnya. Mata teduhnya, senyum tenangnya... Semua masih sama, hanya saja
kini kecantikan itu semakin dipertegas oleh riasan tipis makeup sehingga nampak
begitu sempurna. Yang paling penting hatinya masih sama, cantik secantik
parasnya. "maaf, apa Anda baik-baik saja" itu kata pertama yang aku
ucapkan saat menyadari ada seseorang yang terjatuh karena kebiasaanku yang
gusrah gusruh. "tidak apa-apa.. Sepertinya Anda terburu-buru" "sekali
lagi say...." Wajah itu membuatku tak menyelesaikan kalimat permintaan
maafku "Indira?!" "Prasta?!" 'dug dug dug' jantungku
berdetak lebih cepat dari biasanya 'Prasta' nama itu sudah lama tak kudengar,
satu nama yang hanya diucapkan oleh satu orang saja dalam hidupku. Kembali
kulihat senyum itu, senyum yang telah hilang 20 th belakangan ini. Matanya
tampak hangat menatap wajahku. "Indira, benar kamu Indira kan?"
"Memangnya ada orang lain selain aku yang sesuka hati mengganti namamu?"
Aku tersenyum mendengar jawabannya. Dari pertemuan itu segala kenangan masa
lalu yang terkubur oleh waktu perlahan lahan kembali mencuat. Sayang waktu itu
tak banyak waktu yang kami miliki untuk mengobrol, aku dikejar oleh waktu untuk
menghadiri rapat penting, andaikan itu waktu istirahat atau waktu libur seperti
akhir pekan ini mungkin akan banyak hal yang kami bicarakan. Aku hanya tahu dia
bekerja di kota ini sebagai seorang dokter, hanya itu. 'paling tidak aku tahu
dimana bisa menemuinya, Indira Larasati' -- "Kamu yakin itu Indira?"
"100% aku yakin karena hanya dia yang memanggilku dengan nama itu dan lagi
aku masih cukup muda untuk mengingat wajahnya" ucapku pada Rendi waktu aku
menceritakan pertemuanku dengan Indira "Dia masih tetap ramah sama kamu?"
"Itulah yang membuat aku merasa bersalah" "Kamu sudah tak ada
muka untuk ketemu dia Tam, lupakan saja!" Mungkin benar apa yang dikatakan
Rendi, tapi melihat senyum yang Indira berikan waktu itu rasanya apa yang aku
takutkan selama ini tak beralasan. Tak ada dendam ataupun amarah dari wajah
cantik itu... Ya, Indira memang gadis yang tak hanya cantik wajah, tapi juga
hatinya. Mungkin inilah waktunya aku menebus kesalahan masa laluku pada
Indira...
"Pa... Buruan, Mama sudah selesai tu" gadis
kecil itu membuyarkan lamunanku "oh sudah ya.. Yuk kita jalan lagi"
Bocah itu berlari ke Ibunya dan bergelayut manja dilengan bundanya sambil
berlari kecil ditaman yang mulai ramai pengunjung. 'benar... Kini ada Syifa dan
Bundanya yang mengisi kehidupanku. Meski tak secantik Indira tapi dialah wanita
yang telah dan akan menemani hari tuaku, mungkin kesalahan masa laluku bisa aku
tebus dengan memperlakukan pasanganku sebaik mungkin dan tak bersikap brengsek
seperti dulu saat aku bersama Indira dan lagi sudah ada Syifa. Aku bukan orang
yang pantas untuk Indira, dia terlalu baik dan sempurna buatku. Melihat dia tak
menyimpan amarah padaku sudah cukup melegakan hatiku, rasanya aku tak
seharusnya bermain api yang akan menyakiti seseorang lagi'
Prasetyo Aditama yang disingkat menjadi Prasta akan tetap
jadi nama istimewa yang aku simpan dan memang hanya dia yang mampu
mengucapkannya dengan baik sehingga menggetarkan pondasi pertahananku, tapi
mungkin ini hanya perasaanku yang terlalu kagum pada pribadi dan paras itu,
mungkin bagi Indira semuanya sudah tidak ada artinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar