Rabu, 16 Desember 2015

PART 1 : HOLD MY HAND



HOLD MY HAND


Part 1

Dia begitu cantik, jauh lebih cantik dari waktu aku mengenalnya. Mata teduhnya, senyum tenangnya... Semua masih sama, hanya saja kini kecantikan itu semakin dipertegas oleh riasan tipis makeup sehingga nampak begitu sempurna. Yang paling penting hatinya masih sama, cantik secantik parasnya. "maaf, apa Anda baik-baik saja" itu kata pertama yang aku ucapkan saat menyadari ada seseorang yang terjatuh karena kebiasaanku yang gusrah gusruh. "tidak apa-apa.. Sepertinya Anda terburu-buru" "sekali lagi say...." Wajah itu membuatku tak menyelesaikan kalimat permintaan maafku "Indira?!" "Prasta?!" 'dug dug dug' jantungku berdetak lebih cepat dari biasanya 'Prasta' nama itu sudah lama tak kudengar, satu nama yang hanya diucapkan oleh satu orang saja dalam hidupku. Kembali kulihat senyum itu, senyum yang telah hilang 20 th belakangan ini. Matanya tampak hangat menatap wajahku. "Indira, benar kamu Indira kan?" "Memangnya ada orang lain selain aku yang sesuka hati mengganti namamu?" Aku tersenyum mendengar jawabannya. Dari pertemuan itu segala kenangan masa lalu yang terkubur oleh waktu perlahan lahan kembali mencuat. Sayang waktu itu tak banyak waktu yang kami miliki untuk mengobrol, aku dikejar oleh waktu untuk menghadiri rapat penting, andaikan itu waktu istirahat atau waktu libur seperti akhir pekan ini mungkin akan banyak hal yang kami bicarakan. Aku hanya tahu dia bekerja di kota ini sebagai seorang dokter, hanya itu. 'paling tidak aku tahu dimana bisa menemuinya, Indira Larasati' -- "Kamu yakin itu Indira?" "100% aku yakin karena hanya dia yang memanggilku dengan nama itu dan lagi aku masih cukup muda untuk mengingat wajahnya" ucapku pada Rendi waktu aku menceritakan pertemuanku dengan Indira "Dia masih tetap ramah sama kamu?" "Itulah yang membuat aku merasa bersalah" "Kamu sudah tak ada muka untuk ketemu dia Tam, lupakan saja!" Mungkin benar apa yang dikatakan Rendi, tapi melihat senyum yang Indira berikan waktu itu rasanya apa yang aku takutkan selama ini tak beralasan. Tak ada dendam ataupun amarah dari wajah cantik itu... Ya, Indira memang gadis yang tak hanya cantik wajah, tapi juga hatinya. Mungkin inilah waktunya aku menebus kesalahan masa laluku pada Indira...
"Pa... Buruan, Mama sudah selesai tu" gadis kecil itu membuyarkan lamunanku "oh sudah ya.. Yuk kita jalan lagi" Bocah itu berlari ke Ibunya dan bergelayut manja dilengan bundanya sambil berlari kecil ditaman yang mulai ramai pengunjung. 'benar... Kini ada Syifa dan Bundanya yang mengisi kehidupanku. Meski tak secantik Indira tapi dialah wanita yang telah dan akan menemani hari tuaku, mungkin kesalahan masa laluku bisa aku tebus dengan memperlakukan pasanganku sebaik mungkin dan tak bersikap brengsek seperti dulu saat aku bersama Indira dan lagi sudah ada Syifa. Aku bukan orang yang pantas untuk Indira, dia terlalu baik dan sempurna buatku. Melihat dia tak menyimpan amarah padaku sudah cukup melegakan hatiku, rasanya aku tak seharusnya bermain api yang akan menyakiti seseorang lagi'
Prasetyo Aditama yang disingkat menjadi Prasta akan tetap jadi nama istimewa yang aku simpan dan memang hanya dia yang mampu mengucapkannya dengan baik sehingga menggetarkan pondasi pertahananku, tapi mungkin ini hanya perasaanku yang terlalu kagum pada pribadi dan paras itu, mungkin bagi Indira semuanya sudah tidak ada artinya. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar