Kamis, 22 September 2016

PLAY GIRL JATUH CINTA : Kepo




PLAY GIRL JATUH CINTA

Part 11. Kepo

Beberapa hari memilih diam di rumah tanpa kegiatan yang berarti, kini Tata melangkahkan kakinya menyusuri jalan kompleks. Tidak ada keringat yang membasahi kulit mulusnya meskipun judulnya ia sedang berolah raga, earphone yang setia menempel dikuping dengan musik musik korea yang ia dengungkan sedikit dari bibirnya sepanjang jalan mulai dari matahari masih malu malu sampai yang sudah sedikit berani membelai kulit dengan sentuhan hangatnya. Sampai di tengah kompleks berhadapan dengan taman yang dilengkapi dengan lapangan basket, langkahnya terhenti dengan hembusan nafas berat. Ia tarik kasar earphone dari satu telinganya dan memilih duduk mengamati beberapa bocah yang tengah asyik bermain disana. Senyumnya sedikit mengembang oleh tingkah lucu mereka yang berebut mainan sampai akhirnya satu suara menyapa dan ia menyadari bahwasannya dia bukan satu satunya orang yang sedang menikmati suasana pagi di taman kompleks dimana sebelumnya ia hanya melihat ibu ibu yang tengah mengerumuni tukang sayur, anak sekolah dengan seragam dan motornya. Anggapan bahwa taman komplek akan kosong dari acara olah raga karena bukan hari minggu kini terpatahkan
“Hai....  sendiri saja?”
“Eh... eeemh... i... iya”
Tata sedikit gelagapan dengan sapaan yang tiba tiba datang padanya, bukan karena dia tidak siap bertemu dengan seseorang, akan tetapi pemilik suara itu yang membuatnya seakan secara tiba tiba berteleportasi ke gurun pasir yang panas kerontang, tenggorokannya kering
“Bisa main basket?”
“ng.... nggak”
“oh ya udah”
Dengan cuek cowok itu meninggalkan Tata yang masih terbengong di tempat duduknya, kini semua pandangan dan konsentrasinya beralih total pada sosok baru yang muncul dalam dunia paginya. Wajahnya masih cukup muda dengan postur ideal. Kali ini Tata tidak bisa menyebut dia seorang yang tampan seperti kebanyakan cowok cowok yang berada di radarnya dengan wajah indo dan penampilan model, wajahnya sangat Indonesia... kulit kuning langsat khas pribumi dengan mata yang sedikit sayu juga gingsulnya. ‘Ah Tata... sadar hidup lo udah cukup rumit karena cowok... lagian dia mungkin masih seorang anak ingusan, bocah SMA yang mengejar cinta’  Tata mencoba menyadarkan diri sendiri untuk tidak terlena oleh perhatian baru, namun pandangan mata Tata tidak lepas dari setiap gerakan gesit si pemain basket ‘Halaaah basket lagi basket lagi... kenapa semua cowok yang gue kenal tiak jauh dari bola basket sih, apa gue dl teken kontrak hidup diseputaran lapangan basket?’
”kenapa..... mau main?”
Kembali suara itu membuyarkan lamunan Tata, suaranya yang tegas membuat tata menarik bibir monyongnya karena larut dalam pikiran gilanya
“Nggak... kamu aja sendiri. Ngomong ngomong kamu nggak sekolah?”
“Kamu? Hahahhahaaa jangan sok sopan sama gue. Kalau lo anggap gue masih bocah SMA ngapain lo sopan banget sama gue?....”
Dia terus bermain dengan bolanya, suara yang berkejaran dengan nafas terdengar begitu seksi ditelinga Tata, kini wajah pribumi itu terlihat begitu eksotik oleh basahan keringat yang mulai terlihat ditiap sisi cowok tak dikenal itu
“hmmm wajah gue masih pantas ya untuk pake seragam SMA... apa gue terlihat begitu imut dimata lo?... hahahahhaaaa”
Cowok itu masih asyik dengan gerakan dan driblean bolanya mengajak Tata berkomunikasi sehingga Tata harus melepaskan earphone dari kedua lubang telinga dan menanggapi tiap kalimat dan pertanyaan yang dilontarkan padanya walau kini ia harus mengaku bahwa dia tidak bisa banyak mengeluarkan kata seakan mati kutu dihadapan orang baru (bukan Tata banget)
“Jangan bengong aja... yang gue tahu lo itu cewek nyebelin dan bukan seorang pendiam deh”
“What? Gue, nyebelin?”
Kini cowok itu meletakkan bola dibawah kakinya duduk disamping Tata dan sibuk mengelap keringat dari pelipisnya...
“Iya... siapa lagi, gue disini cuma bareng lo doang. Nggak ada siapa siapa lagi, apa lo pikir gue punya indera ke enam yang bisa ajak makhluk astral berkomunikasi? Ya lo lah yang gue maksud!”
“Kenal gue aja nggak, dari mana lo bisa nilai gue begitu?”
“itukan menurut lo....”
Jawaban cowok itu membuat Tata kembali hanya bisa bengong. ‘Secret Admirer, diakah??? Apa gue diteror oleh anak SMA? Hellow.... gue nggak pernah kenal cowok ini, nggak mungkin kalau dia orang yang membuat gue kena teror nggak jelas. Huft cukup teka teki antara Al dan si Ridho saja, nggak usah muncul tersangka baru’ pikiran Tata mulai menyelidik
“Tapi... gue perhatiin hari ini lo sedikit beda dari biasanya, kenapa?”
“Gue?”
Untuk kesekian kalinya Tata harus menunjukkan jari di depan hidungnya sendiri karena selalu merasa hanya bisa bertanya dan menegaskan tiap argumen yang ditujukan padanya
“Hahahaha.... Violetta... violetta... ya elo lah! Kenapa? lo nggak sadar kalau diri lo hari ini sedikit lain dari hari hari lo biasanya. Beberapa hari nggak kelihatan, tapi hari ini terlalu cepat memulai hari dengan pakaian sport tapi hanya berjalan lemas”
“Lo penguntit ya?”
Kini Tata tidak lagi bisa menahan diri untuk bertanya dan memvonis
“Gue... nguntit lo?... hahahaha rugi mbak! Kalau gue mau lebih baik gue nguntitin Selena Gomez”
“Lah itu buktinya lo tahu banyak tentang gue sampai sampai lo paham kalau gue mengurung diri beberapa hari ini”
“Oooo jadi lo ngurung diri.... ngapain, takut hitam? Hahahahaaa...... ”
“Ah nggak jelas lo... udah sana siap siap sekolah, anak kecil ngerjain orang tua”
“Aish... gue bukan anak SMA!”
“Bodo.... siniin bola lo, biar gue yang main, lo banyak omong kalau diajak diam”
“Bisa??? Hayoook....”
“Lo duduk aja sana, gue mau main sendiri..... lo lihat ya. Ehhmmm siapa nama lo? Biar gue catet anak komplek sini yang kudu gue hindarin karena bawelnya amit amit”
“Kalau gue nggak bener harusnya lo sadar dong kalau gue ada di belakang lo dari tadi, harusnya lo sadar kedatangan gue... apa gue bawa sepeda, apa gue jalan kaki... lo nggak nyadar kan selain senyumin ibu ibu di tukang sayur perasaan lo cuma nyari koin untuk sampai kesini”
“Aish.... bocah nggak sopan deh lo, siapa nama lo, sini kita main. Kalau gue menang, lo jangan usik usik hidup gue”
“Panggil saja gue Al.... udah hafalin nama itu”
Tata berhenti memainkan bolanya dan berdiri menghadap cowok yang masih senyum senyum padanya, bukan sebuah senyuman menggoda atau meremehkan. Senyuman cowok itu kelihatan ramah dan bersahabat tanpa maksud apapun. Tata kembali diam dan berjalan kembali mendekati Al kedua yang ia kenal pagi ini
“Al?? Yakin nama lo Al?”
“Huft.... apa gue harus ambil KTP untuk meyakinkan bahwa itu nama gue?”
Tata menatap tajam dengan alis terangkat sedikit ragu pada nama yang diberikan oleh cowok berkulit kuning langsat itu. Ia memilih duduk merumput menghadap si cowok yang kini memainkan musikdi kupingnya mengikuti gaya Tata yang selalu menyumpat lubang telinganya dengan earphone
“Aaaah... gua paham! Lo merasa dejavu dengan nama Al. Okay kalau lo takut gue kibulin karena nama gue yang sama dengan adiknya mas Raka, lo bisa panggil gue apa aja. Nama gue Alfian Dewantara. Temen deket gue panggil gue dewo, tapi dikeluarga semua panggil Alfian, terserah lo pake yang mana asal jangan panggil gue John aja. Karena gue bukan Johnny Deep Hahahaaa”
“John?... okay bagi gue nama lo John!”
“Aish ini cewek dibilangin jangan panggil itu malah dipake”
“Karena lo udah banyak bicara dipertemuan pertama kita, maka gue juga mau seenak gue dong namain lo apa.... gue nggak perduli lo tahu gue seperti apa, tapi gue pastiin gue akan jadi cewek paling nyebelin yang pernah lo kenal”
‘John’ tersenyum sedikit menahan geli, cewek yang dia ikuti mulai dari awal dia keluar pagar rumah hendak Jogging sampai akhirnya berakhir di lapangan basket taman kompleks itu sangat menghibur paginya. Ia tahu tentang siapa Tata tapi selama ini ia hanya tahu bahwa gadis itu seorang mahasiswa plus model yang memiliki kepribadian super cuek. Bayangannya seorang Tata akan sangat menjemukan dengan kepribadian itu, ternyata justru ia salah karena gadis yang awalnya hanya bisa mengatakan huh? Hah? Gue? Lengkap dengan ekspresi bengongnya itu kini bisa mengimbangi gayanya yang banyak bicara bahkan kini sedikit membuatnya bisa menyunggingkan senyum. Alfian bangkit dari duduknya mengambil bola dari tangan Tata dan bermaksud mengajak gadis itu untuk bermain bersama setelah melihat kemampuan Tata bermain basket tapi tiba tiba satu mobil sedan sporty dengan warna orange metalik berhenti di tepi taman dengan membunyikan klaksonnya. Tata dan Alfian saling bertatapan karena merasa tidak mengenal mobil itu dan jarak mereka lumayan jauh untuk bisa mengenali sang pengemudi yang masih bersembunyi dibalik kemudi apalagi terik matarari pagi yang mulai terang terbias di kaca kaca mobil sangat mengganggu mata
”Cowok lo kali”
“Gue nggak kenal mobilnya”
“Ya elah... ini jaman modern mbak, ganti mobil itu bukan urusan ribet”
“Ya bagi yang punya duit, yang nggak???”
“Ya nggak usah ganti....”
“Aish...”
Tata kembali duduk memasangkan earphone dan membiarkan Alfian memainkan bolanya ditengah lapangan. Entah siapa yang dimaksud oleh sang pengemudi, Tata tidak perduli karena dia merasa tidak memiliki janji dengan siapapun dan tidak  mengenali jenis mobil yang terhenti itu.
Tit Tit.... klakson kembali berbunyi, tapi kuping Tata yang sudah tersumpal oleh suara musik tidak lagi mampu berkonsentrasi penuh pada suara lain. Beberapa kali klakson dibunyikan sampai akhirnya Alfian mencabut earphone Tata yang tengah asyik membaca webtoons di ponselnya
“Lo samperin deh... itu klakson ganggu banget tau”
“elo ajah, gue nggak kenal!”
Tata menarik kabel earphone yang ada ditangan Alfian
“Yang jelas itu bukan temen gue karena gue nggak pernah kasih alamat gue sama siapapun”
“Ya udah biarin ajah sih... kalau dia butuh juga bakal keluar mobil agar dikenali, salah sendiri mainklakson aja nggak menampakkan diri. Kalau dia masih juga kayak gitu nanti juga bakal dilabrak orang”
“Elo bener bener ya....”
“katanya lo tahu banyak tentang gue, yang jelas itu bukan mobil AL ataupun mas Raka ataupun orang yang biasa jemput gue”
“Maksud lo cowok lo yang udah nggak pernah muncul itu?”
“Lo???”
Kembali Tata terbelalak oleh fakta tentang dirinya yang Alfian kantongin, nafasnya mulai tidak teratur dengan sedikit emosi yang naik akan tetapi satu suara membuat keduanya menoleh bersamaan
“Sweetyyyy”
Kini bukan hanya mata Tata yang terbelalak, tapi mulutnya juga mengangah melihat sosok yang berjalan semakin mendekat kearah dia. Alhasil satu jitakan mendarat dikepala Tata dari Alfian
“Auwwwch..... Ish ini bocah ya”
“Udah sono, bener kan cowok lo.... inget ya, gue Al bukan bocah”
“terserah”
Tata mengabaikan Alfian yang berlari kembali ke tengah lapangan meninggalkan dirinya dan mulai asyik dengan bola basketnya.
“Ah Lo kapan datang.... iiiish ini orang”
Tata berlari mendekati tamu tak diundang yang kini merubah wajah murung paginya menjadi sedikit berwarna setelah berhasil diacak acak oleh Alfian dengan segala kesoktahuannya
“Tony….. Ih… lo jahat ya, datang nggak bilang bilang. Kapan lo nyampe Indo?”
“Ini baru aja sampe”
“Barusan… terus ini mobil dari mana?”
“Ya mobil gue lah”
“Oh syukur deh, itu artinya lo udah sempet pulang ke rumah kan. Yuk ah ketemu mama, pasti dia senang”
“Siapa bilang gue udah sampe rumah, nggak kecium nih kalau gue lom mandi”
“What??..... jangan bercanda deh. Gimana caranya itu mobil nyampe bandara. Nggak mungkin kan kalau lo parkir segitu lama”
“Ah bukan hal penting gimana caranya. Lo nggak kangen gue??”
Tony membentangkan tangannya dihadapan Tata dengan senyum menggoda, tapi hanya tepisan yang Tony dapatkan sehingga ia hanya bisa mengacak rambut Tata seperti yang biasa ia lakukan saat mereka masih berpacaran
Sementara itu sepasang mata dari lapangan basket melihat pemandangan itu dengan sunggingan senyum dan gelengan kepala.
Sampai di kediaman Darmawan, seperti dugaan Tata, nyonya Jasmine sangat bahagia melihat Tony. Ya Tony adalah gambaran menantu idaman dimata ibunda Tata. Sopan dan sangat sabar menghadapi watak keras Tata, walaupun pada akhirnya hubungan mereka berakhir karena Tata menolak untuk LDR an. Obrolan antara nyonya Jasmine dan Tony tidak ada putusnya, mulai dari A sampai Z mereka bahas habis apalagi kekepoan sang mama begitu besar sehingga mau nggak mau Tony harus mengalahkan rasa capeknya untuk menjawab semua pertanyaan mantan calon ibu mertuanya.
Tata yang memilih menepi dari obrolan keduanya tengah duduk di teras samping rumah dengan earphone yang setia dikedua kupingnya mengangguk anggukkan kepala mengikuti irama music dan berselancar di dunia maya. Tony yang telah berhasil lolos dari penguasaan nyonya Jasmine hanya berdiri diambang pintu menikmati pemandangan Indah yang ada dihadapannya, senyum Tata dengan segala gerak gerik lucu gadis itu adalah satu hal yang selama ini ia sangat syukuri sekaligus ia rindukan selama di Ausy. Selama berada di Ausy tak sekalipun komunikasi terjalin diantara keduanya, Tony sangat menghindari itu karena ia tidak ingin hal itu akan membuatnya ingin kembali ke Indonesia, kedatangan Tata di Airport saat keberangkatannya saja membuatnya harus berusaha keras melupakan senyum yang Tata berikan.
“Eh sesi wawancara udah selesai ya”
Suara Tata membuyarkan lamunan Tony, ia berjalan dengan santai mengambil kursi di samping Tata masih dengan senyum yang mengembang
“Biasalah ibu ibu selalu ingin tahu”
“Itu tuh yang bikin mama sayang banget sama lo…. Lo terlalu sabar hadapin orang tua. Apa itu strategi lo?”
Kini gaya genit Tata muncul membuat Tony gemas melihatnya, tapi dia menyadari sepenuhnya bahwa apa yang dulu bisa ia lakukan pada Tata kini tidak bisa lagi ia lakukan
“Udah punya calon mertuakah disono?? Berapa hati bule yang udah lo dapetin”
“Aish ini orang bener bener nggak berperasaan ya?”
“Wae? Wae?”
“Molla”
“hahahahhaa lo masih ngerti ya bahasa gue”
“Emang lo yang gampang lupain sesuatu….”
Tony memasang wajah ngambek untuk menggoda Tata, walaupun dia tahu itu tidak akan banyak berpengaruh pada pemilik hatinya itu
“Ngomong ngomong siapa cowok tadi Ney? Cowok baru lo?”
“Siapa, yang ditaman? Yang tadi pagi?”
“Ya siapa lagi, baru itu yang gue lihat hari ini. Emang ada cowok lain gitu yang antri dibelakang dia”
“Heol…”
“Jangan sok imut, gue kenal siapa lo. Udah berapa hati yang lo patahin setelah bebas dari gue”
“Aigoooo, Honey Bunny Sweety…. Ini Tata ya, Violetta, anti bagi Tata buat bercabang disaat sudah memilih jalan lurus”
“Artinya?”
“Hmmm cowok tadi itu bukan siapa siapa, kenal juga nggak. Katanya sih namanya Al. cowok itu aneh loh Ton, masak dia tahu semua tentang gue, apa ada beneran ya di kehidupan nyata seorang stalker?”
“Penguntit…. Elo??? Ampun Ta, lo jangan besar kepala deh sampai punya penguntit segala”
“Ya habisnya dia itu paham banget gue ngapain aja, tau siapa yang deket sama gue, kerjaan gue. Atau jangan jangan dia tahu lagi kapan gue makan kapan gue kentut”
“Tapi beneran namanya Al juga? Kok hidup lo nggak pernah jauh dari Al ya… apa jangan jangan ntar jodoh lo itu  si Al!”
“Waooow amit amit…. Hidup gue bakal jauh dari kata romantic kalau sampai gue nikahnya sama dia. Ampun deh, kenapa lo nggak ngedoain gue nikah sama anak raja arab sih?”
“Ketinggian mimpi lo, Raja Arab nggak pernah mikir punya mantu yang kelakuannya kayak lo. Tu aurat dilihat orang senusantara”
Toni menunjuk pada pant pendek yang Tata kenakan siang itu, Tata akhirnya hanya nyengir tanpa bisa mengatakan apapun lagi. Obrolan mereka berakhir saat tengah hari yang menyadarkan Tata bahwa ia harus mengusir Tony demi kemanusiaan, jika dituruti Tony akan menghabiskan hari pertamanya dikediaman Tata tanpa mengingat keluarga yang menunggunya di rumah. Meskipun Tony sudah mengatakan kalau dia mampir dulu ke rumah Tata, tapi Tata masih memiliki sisi manusiawi yang memahami arti sebuah kerinduan. Hanya diakhir pertemuan mereka saat mengantarkan Tony diteras rumah, Tony sempat menyampaikan kalau selain ada beberapa urusan yang harus ia selesaikan di Indonesia, ia juga akan ketemu dengan seseorang yang bersangkutan dengan dirinya. Tony mengetahui sesuatu tentangnya tapi berpura pura tidak mengetahuinya, dia menyebut nama Mahendra, tapi dia beberapa kali memancing Tata dengan menanyakan dengan siapa kini dirinya menjalin hubungan bahkan sempat menanyakan siapa Alfian.
Sepanjang hari Tata masih memikirkan kemungkinan kemungkinan konyol Hendra meminta ketemuan dengan Tony, satu persatu pesan Hendra yang ia acuhkan kini ia buka kembali hanya untuk menemukan sebuah jawaban dari segala kemungkinan yang ia pikirkan

Beberapa blok dari kediaman Tata, suara petikan gitar terdengar mengalun dari lantai dua. Sayup sayup suara merdu mendendangkan lagu cinta. Sore ini nampak lebih tenang dari biasanya karena satu satunya wanita yang biasa mengomel sedang absen, ya nyonya Martha tengah menengok ibundanya di Jogja. Zaldy banyak menghabiskan waktunya di rumah saat tidak ada kuliah dan Raka mengupayakan untuk bisa pulang kerja lebih cepat agar rumah tidak kosong, kakak beradik itu sangat kompak mengatur waktu demi sebuah kehidupan yang tetap terjaga di kediaman mereka. Sore ini dengan membawa dua gelas coklat hangat, Raka menghampiri Zaldy yang tengah melemaskan jemarinya diantara senar gitar. Keduanya masih sedikit terlibat perang dingin karena ketidaktahuan Raka akan apa yang sudah ia lakukan pada Irene. Meskipun hubungannya dengan Irene telah kembali membaik layaknya tidak pernah ada masalah, tapi Zaldy masih belum bisa melupakan kebodohan sang kakak pada perasaan perempuan yang dengan enteng meninggalkan seorang wanita tanpa rasa bersalah bahkan kini kembali mesra tanpa ada ikatan pasti diantara keduanya
“Lo nggak latihan?”
“Nggak, badan gue capek. Pingin istirahat total”
“Udah tiga hari semenjak Mama ke rumah eyang, lo nggak latihan lagi. Kalau lo mau latihan, pergi aja, kana da gue di rumah”
“Males Mas, lagian tiga hari ini si bawel nggak muncul jadi gue anggap ini hari libur gue dari segala tugas dan tanggung jawab”
“Tata?? Kemana dia, sakit?”
Zaldy melihat perubahan ekspresi di wajah kakaknya. Wajah gusar itu tidak dapat Raka sembunyikan dari pandangan Zaldy dan itu membuat Zaldy kembali bergidik menahan emosi
“Dia sehat sehat saja, nggak ada goresan sedikitpun dibadannya. Udah nggak udah kepo”
“Lo kenapa si Al… ditanyain kok malah sewot”
“Udah deh, Mas Raka kalau menyangkut Tata aja selalu lupa segalanya. Itu mbak Irene urusin selagi bisa. Kapan dia balik ke Inggris?”
“Hmmm okay okay…. Lagian tadi pagi gue lihat Tata main basket di taman komplek”
“Tata main basket?? Sama siapa?”
“Tu kan jadi elo yang kepo…. Gue juga nggak kenal siapa dia, tapi gue sering lihat dia main disana. Kalau nggak salah sih anak blok depan sana”
“Ah bodoh deh, gue nggak kepo juga… Tata gampang dapat temen, apalagi kalau itu cowok”
“Kayaknya masih SMA sih Al… wajahnya imut banget soalnya”
“SMA?? Masa Tata pindah haluan karena capek hadapin Hendra”
“Hendra?? Cowoknya kan…. Mereka tengkar”
“Huuuust udah nggak usah urusin Tata, sudah gue bilang kan Mas Raka itu konsen aja sama mbak Irene, kasihan itu anak orang di PHP in mulu. Oh iya kapan dia balik ke kerjaannya?? 3 hari lagi ya? Kalau nggak salah dia udah pamit sama mama waktu itu”
Raka mengankat bahunya menandakan bahwasannya dia tidak mengetahui rencana Irene kembali ke Luar negeri, jika benar tiga hari lagi seperti yang Zaldy katakana artinya permintaan Irene untuk menyediakan waktu dinner dua hari lagi adalah dinner sebelum dia kembali ke Luar negeri
‘Kling’ satu pesan masuk dalam ponsel yang Zaldy geletakkan di meja balkon, pesan itu jelas Raka baca datang dari Tata. Setting yang selalu menampilkan Popup membuat Raka bisa mengetahui isi pesan Zaldy
‘Tony kembali ke Indo dan lusa ketemuan sama Hendra. Lo bisa nebak nggak….’
Entah apa kelanjutan pesan itu, nggak mungkin ia membuka kunci ponsel adiknya. Bagaimanapun rasa penasaran yang ia rasakan, tapi ia tetap harus menjaga privasi Zaldy.. kini Raka hanya bisa menebak nebak apa yang akan terjadi selanjutnya, sedikit banyak dia bisa menyimpulkan jika hubungan Tata dengan model ganteng itu tengah dalam masalah, tapi kenapa harus melibatkan Tony yang notabene adalah mantan kekasih Tata, apakah Tata kembali menjalin hubungan dengan Tony. Apa bisa dia LDR an? Dan dua hari lagi adalah waktu yang sama dimana dia sudah menjanjikan waktu untuk dinner dengan Irene. Apakah dewi foruna akan memihak padanya kali ini agar bisa sedikit mengetahui apa yang akan terjadi pada kehidupan tata bersama dua lelaki itu.


Dont Miss It :
Part 11: PLAY GIRL JATUH CINTA : Diantara Kepingan Puzzle

Tidak ada komentar:

Posting Komentar