Kamis, 14 Juli 2016

PLAY GIRL JATUH CINTA : Cuek


PLAY GIRL JATUH CINTA

Part 2. Cuek

Mentari sudah beranjak pulang, tapi hawa Jakarta masih cukup kuat menyedot keringat yang bersembunyi di dalam tubuh. Sebuah sedan sporty hitam bernopol B 374 TA berhenti di halaman rumah keluarga Arifin. Lumayan lama pengemudinya tidak kunjung keluar, nyonya Martha yang tengah menikmati teh melatinya sambil menikmati suasana sore yang bermaksud untuk menyambut kedatangan anggota keluarganya tertegun sesaat, ia tidak mengenali mobil yang kini ada di pekarangan rumahnya begitupun dengan pengemudinya, kaca mobil yang belum juga terbuka serta penglihatan yang tidak lagi jelas membuat wanita paruh baya itu hanya menunggu sambil terus melihat kearah yang sama. Klek handle pintu terbuka, sandal teplek berwarna putih (sandal jepit) melekat di kaki putih yang keluar dari dalam mobil. Samar samar dari kejauhan itu adalah seorang wanita berambut panjang dengan kaca mata hitam, tapi kenapa dengan sandal jepit? Nyonya Martha sedikit menyunggingkan senyumnya karena ia cukup geli dengan penglihatannya sendiri. Sangat kontras, pikirnya. Belum lagi jelas terlihat siapa wanita itu, mobil CRV putih memasuki halaman rumah, kali ini sudah pasti bahwasannya itu adalah putra sulungnya yang baru pulang kerja. Ya Raka selalu pulang cepat beberapa hari ini karena merasa badannya kurang sehat. Konsentrasi Nyonya Martha kini beralih pada sang putra, ia tersenyum menyambut pria muda ganteng itu menghampirinya memberikan ciuman salam.
“Lagi ngapain Ma?”
“Nggak ada, cuma santai saja.. bagaimana pekerjaanmu?”
“Alhamdulillah semuanya lancar…. Hmm, itu siapa Ma?”
Rupanya Raka pun ikut penasaran dengan pemilik mobil yang terparkir di halaman rumahnya. Sekilas dia melewatinya saat memasuki pelataran rumah, tapi karena sang tamu sedang sibuk di dalam mobil untuk mengambil barang yang ada di jok belakang membuat Raka tidak bisa melihat wajah gadis itu dengan jelas, yang dia tahu bahwa orang itu seorang wanita berambut panjang dengan body yang tidak terlalu besar. Bisa disimpulkan bahwa itu seorang wanita muda. Nyonya Martha menggandeng tangan putranya dan melangkah memasuki rumah masih dengan berbincang kecil sekedar berbagi tentang hari yang telah mereka lalui dan membuang rasa penasarannya akan sosok yang berhenti di halaman rumahnya
“Sore Tanteeeee….”
Mendengar sapaan dari sumber suara yang tidak asing membuat keduanya menghentikan langkah, baik Nyonya Martha maupun Raka menengok kembali ke belakang punggung mereka. Nyonya Martha mengernyitkan dahinya sedikit heran dengan apa yang ia lihat sementara Raka hanya memasang ekspresi datar. Violetta berjalan dengan beberapa kantong belanjaan ditangannya. Entahlah setan apa yang merasuki gadis itu sehingga dia dengan belanjaan yang begitu banyak ke rumah keluarga Arifin
“Astaga Tataaa…. Dari tadi tante nggak bisa ngenalin kalau itu kamu”
Sapa ramah ibunda Raka dan Zaldy pada gadis cantik nan ceria itu, seperti biasanya ia menyambut Tata dengan keramahan yang luar biasa seperti seorang Mama menyambut kedatangan putri tercintanya.
“Tata makin cantik ya Tante?”
Canda Tata begitu mereka sudah saling berhadapan, mendengar itu nyonya Martha hanya tersenyum mengangguk dan membelai lembut rambut gadis itu penuh kasih sayang. Raka melenggang tanpa komentar dengan sedikit pandangan dingin nan khas yang selalu ia tunjukkan tiap kali Tata merayu mamanya
“Apa ini sayang, kok banyak amat? Kamu habis borong ya?”
Nyonya Martha yang telah menerima beberapa paper bag dari Tata melongok sedikit ke dalam isi tas yang Tata berikan.
“Ih males Tan kalau harus nge-Mall. Itu oleh oleh Mama dari Solo buat Tante dan semuanya yang ada disini”
“Waduuuh mamamu repot amat bawain kami oleh oleh. Kirain tadi anak tante yang cantik ini mau belajar masak”
“Tadinya mama mau ikut kesini Tan, tapi karena tante Rose belum balik jadi nemenim tante dulu”
“Oh ga apa apa, bilang sama Mama, terima kasih”
Nyonya Martha mengeluarkan isi Paper Bag yang ia bawa, sebuah kain batik dengan motif indah ia hentangkan dan tempelkan dibadannya dengan senyum mengembang
“Bagus Ta… tante suka. Tapi ini banyak banget, apa aja Ta?”
“Nggak tahu Tan, buka aja semuanya. Paling juga makanan atau apalah khas Solo. Mama kan doyan kuliner, pasti salah satunya isi makananlah Tan”
Nyonya Martha sibuk mengeluarkan barang barang yang Tata kasih, ia memilih dan memilah barang barang harus diantarkan ke ruang yang mana yang ada di rumahnya. Sementara itu Tata sudah berkelana di dalam rumah. Masuk dalam dapur, menggeledah meja makan dan menjarahnya lalu naik ke lantai atas mencari mangsa untuk diusilin.
Gadis yang menghabiskan hampir 90% waktu di rumah ini sudah tidak canggung lagi untuk menerobos masuk ke berbagai area yang ada di dalam rumah, tak terkecuali kamar kamar kedua cowok putra sang pemilik rumah.
”Maaaaa, mobil siapa Ma di depan itu”
Suara Zaldy terdengar oleh gendang telinga Tata, gadis yang sudah ada di lantai dua dan siap untuk menerobos kamar Zaldy itupun menghentikan niatnya, ia berlari kecil menuruni tangga Plak plok plak plok terdengar sangat berisik.
“Mobil gue… bagus kan Al?”
Tata langsung menyergap Zaldy yang terduduk di atas sofa dekat sang Mama yang tengah sibuk dengan hadiah hadiah dari mama Tata
“Astagaaaa, gue capek Ta. Lo feminine dikit kek di depan gue. Belajar jaim di depan cowok”
Tata tidak memperdulikan protes dari Zaldy, dia terus merapatkan dirinya duduk bersila diatas sofa menghadap Zaldy
“Ada apaan sih? Sikap lo aneh tau nggak?”
“Nggak ada apa apa”
“Hadeeew, kenapa nasibku sial banget di templokin Lo mulu ya”
“Yakin sial mengenal gue?”
Tata memasang wajah termanis yang ia miliki dan terus memandang Zaldy yang bersandar lelah di atas sofa. Merasa tidak ada respon dari Zaldy, secepat kilat tangan gadis itu beraksi. Tas yang ada dipangkuan Zaldy disambarnya, ia membuka tiap bagian yang ada disana. Zaldy memandang dengan heran tanpa ada larangan ataupun protes yang ia lontarkan. Nyonya Martha yang semula sibuk dengan tas oleh oleh, kini pun memperhatikan Tata yang sibuk merazia tas putra bungsunya. Tak terkecuali Raka yang baru menuruni tangga, ia sempat menghentikan lankahnya karena suara berisik yang Tata timbulkan. Apa yang ia cari tak dapat ia temukan, ia beralih pada kemeja yang Zaldy kenakan
“Lo apa apaan sih Ta? Iiish…. Geli tau”
Zaldy menghempaskan tangan Tata beberapa kali tapi Tata bersikeras untuk menemukan apa yang ia cari
“Diam bentar ah”
Tata menatap Zaldy dengan perintahnya, mata nyonya Martha dan Raka terus tertuju pada tingkah aneh gadis itu
“Diem ya, kalau lo bergerak mulu ntar gue sentil lo”
Tata mengarahkan telunjukkan ke area sensitive Zaldy
Uhuk Raka yang tengah berjalan dengan segelas air putih di tangannya tersedak saat mendengar dan melihat apa yang Tata lakukan, begitupun dengan nyonya Martha. Wanita paruh baya itu melotot tidak percaya dengan apa yang ia lihat. Wajah Zaldy memerah, ia mungkin bisa membaca apa yang dipikirkan oleh ibundanya dan kakaknya, tapi Tata tidak mmberikan reaksi apapun. Dengan cueknya ia bermaksud untuk merogoh kantong depan celana Zaldy
“Wait….. wait… wait”
Dalam satu kali gerakan, Zaldy berdiri menghindar
“Tunggu, tunggu.. lo jangan gila ya Ta”
“Sini nggak?”
Tata dengan wajah memerintahnya masih keras kepala, Raka menggeleng. Gadis gila, bisiknya dalam hati. Sekilas apa yang ia alami beberapa hari yang lalu berkelebatan di pikirannya, ia mulai memikirkan beberapa kemungkinan gila yang terjadi antara adiknya dengan Tata saat mereka bersama. Meskipun ia sadar bahwa Zaldy menganggap Tata sebagai saudara perempuan yang harus ia lindungi, tapi sebagai laki laki normal Zaldy mungkin juga tidak bisa mengontrol dirinya saat dihadapkan pada situasi situasi tertentu apalagi kegilaan Tata sulit untuk diprediksi. Ia menggelengkan kepalanya mencoba menyingkirkan pikiran pikiran tidak warasnya.
Tata masih mengejar Zaldy dengan ketidakjelasannya, sampai akhirnya…..
Strumming my pain with his fingers
Singing my life with his words
Killing me sofly with his song……♫♪♫♫♪♪♪♫
Keduanya terdiam, untuk beberapa saat adegan kejar kejaran ala Tom and Jerry terhenti. Mata keduanya berpandangan, ada senyum dibibir Tata yang tak dimengerti oleh Zaldy. Tanpa menunggu banyak waktu terbuang Tata berlari ke arah sumber suara yang berada di meja kecil dekat pintu garasi, Meja yang biasa digunakan keluarga Arifin sebagai meja mereka menyimpan kunci mobil (enak bener ya kalau ada maling nggak usah susah nyari hehehe)
“Astagaaaaa…… dari tadi lo nyari HP gue?”
Zaldy masih termangu di tempatnya berdiri membiarkan Tata mengambil ponselnya yang berdering. Ia bahkan tidak memiliki kehawatiran saat Tata mengangkat teleponnya.
“Oke, gue sampein ya”
Pungkas Tata sebelum dia menutup telepon. Dengan wajah yang masih tersenyum penuh kemenangan, dia kembali pada nyonya Martha. Kegaduhan dan sikap kekanak kanakan yang baru saja dia lakukan usai sudah. Nafasnya sedikit terengah karena berlari larian dan mencoba mengalahkan kekuatan Zaldy hanya untuk menemukan hal yang tidak pernah dibawa oleh sahabatnya itu. Bugh satu bantalan kursi mendarat tepat diwajah Tata, Zaldy mengikutinya terduduk lemas karena kecapekan di hamparan karpet yang ada tak jauh dari posisi Tata sementara nyonya Martha dan Raka yang menjadi penonton kini hanya bisa tersenyum tanpa mengeluarkan komentar apapun selain geli.
“Ayo Al sana mandi dulu. Bau tau…. Dari kampus seharian belum lagi lari larian barusan, Mama gerah lihatnya”
“Bentar dulu Ma, masih panas hawa badan Al”
Nyonya Martha berdiri dengan membawa paper bag yang Tata bawakan tadi, ia tersenyum pada Tata sebagai ucapan terima kasihnya.
“Heiii…. Yaaaa yaaa yaaa”
Tiba tiba Raka setengah berteriak meletakkan majalah yang ada ditangannya dan memandang Tata. Tata memonyongkan bibirnya ketus dengan tatapan mata kesal
“Hadeeewww pelit amat, air putih doang”
Protesnya pada tatapan Raka yang mengintimidasinya, namun ia tetap menenggak isi gelas yang sudah ia pegang Glek hingga tandas tak bersisa.
“Huft, kapan Lo akan dewasa Ta?”
“Idiiih apa hubungannya minum air putih sama kedewasaan?”
“Bukan air putihnya yang menjadi soal, tapi sikap Lo yang bertindak seenak hatimu itu yang perlu di ruwat”
“Halaah bilang aja pelit Mas, atauuuu nggak mau berbagi gelas. Hahahahahhaa takut jatuh cinta sama gue?”
“Bukan itu Ta…. Huft ngomong sama Lo kayak ngomong ma tembok ya, nggak pernah bener”
“Bahahahahahahaaaa”
Zaldy tertawa terbahak bahak melihat kekesalan kakaknya yang terus dibantah oleh Tata, cowok itu dengan cuek membuka lebar lebar tawanya sambil berbaring melantai
“Hust hust hust… ini kenapa sih masih ribut aja, Al buruan mandi sudah adzan maghrib tuh. Raka… ayo, buruan Mas”
Nyonya Martha menghentikan gelak tawa Zaldy dengan sabetan handuk memerintahkannya untuk segera mandi. Raka berdiri bersiap memimpin sholat maghrib seperti perintah sang bunda.
---
Langit Jakarta sudah mulai gelap, adzan maghrib juga sudah lama berlalu, Zaldy dan Raka berbincang di teras samping rumah mereka menghadap taman nang teduh hasil ketekunan sang mama merawat bunga bunga cantik yang ada disana, gemericik suara air mancur yang ada di kolam ikan kecil di tengah taman menambah kesan keasrian di tengah ibu kota. Tata menghampiri keduanya dengan membawa pisang goring yang nyonya Martha bikin sebagai kudapan. Belum lagi Tata meletakkan piring yang ia bawa sorotan lampu menyilaukan matanya sehingga ia sedikit membuang muka melindungi matanya. Sedan hitam memasuki garasi rumah.
“Apa itu Ta, bikinanmu kah?”
“Iiih Om bertanya apa ngledek sih?”
Pak Arifin yang baru pulang dari kantor memasuki rumah dengan sapaan yang selalu membuat Tata sedikit nyengir karena malu. Pak Arifin mengacak rambut Tata lembut lengkap dengan senyumnya, nyonya Martha yang menyambut kedatangan suaminya ikut tersenyum lalu keduanya memasuki rumah meninggalkan ketiga anak muda itu di teras samping. Setelah bebarapa saat berlalu, Tata melirik jam yang melingkar di tangannya, Zaldy yang melihat itu langsung berkomentar
“Mau pulang lo?”
Tata tak menjawab tapi hanya memberikan senyumnya yang setengah menyengir mengibaskan rambut meninggalkan Zaldy
“Woooi tunggu, telepon tadi sore dari siapa?”
“Nogi” jawab Tata berteriak dari dalam rumah
“Dia bilang apa?” kembali Zaldy bertanya dengan teriakan yang sama
“Katanya dia batal latihan”
“Cuma itu?? Lainnya??”
“Kagak ada!!”
“Terus HP gue mana?? Ngapain lo tahan HP gue?”
“Taaaaaaaa….”
Tak ada jawaban dari Tata, Zaldy berteriak lebih kencang membuat Raka menutup kupingnya dan melotot ke arah Zaldy. Dari Kaca yang memisahkan ruang keluarga dan taman samping nampak Tata tengah berbincang dengan orang tua Zaldy. Dari penampilannya yang sudah lengkap dengan tas slempangnya, sepertinya gadis itu hendak pamit dan benar tak lama dari itu Tata kembali menghampiri dua bersaudara itu dengan melemparkan sebuah ponsel ke arah Zaldy
“Salah!”
“Lo pake HP gue, sementara gua pake HP lo, okay”
Tata memainkan alis matanya dengan tersenyum genit ke arah Zaldy lengkap dengan tangan yang menandakan persetujuan. Tanpa menunggu jawaban, kakinya sudah melangkah lagi
“Haiii… Lo mau kemana?”
“Ada deh, kepo deh lo!”
“Lo ada kencan lagi….. siapa Ta?”
“Ribet deh ah…. Dah ah gue pergi dulu, bye bye!.... Tata pergi Om, Tante… Assalamualaikum” teriak gadis itu melenggang melewati ruang tamu.
“Hati hati Ta, jangan pulang malam malam”
Raka menyaut singkat memandang punggung Tata yang mulai menjauh, lambaian tangan Tata mengiyakan pesan Raka sementara Zaldy hanya menggeleng dengan muka kecutnya.

Sepeninggalan Tata rumah kembali sepi, suara ceria Tata (lebih tepatnya gaduh) seakan membawa segala keceriaan yang ada, kini yang tersisa di dalam rumah itu adalah suasana kelelahan dari masing masing penghuninya, namun tetap hangat karena kebersamaan yang tercipta. Dua bersaudara yang terpaut beberapa tahun perbedaan usia itu kini sedang asyik dengan laptop masing masing  di ruang keluarga dengan perbincangan ringan semantara orang tua mereka tengah berbincang diatas sofa yang tidak jauh dari tempat mereka berada.
“Al, lo sering tuker HP gitu?”
Raka melontarkan pertanyaannya pada sang adik mencoba menjawab keingintahuannya
“Lumayan Mas, emang kenapa?”
“Ya nggak apa sih, tapi apa privacy Lo nggak terganggu?”
“Yealaah Mas, Tata ini…. Paling juga dia lagi mengindari seseorang”
“Menghindari? Maksud lo?”
Raka semakin penasaran dengan jawaban jawaban Zaldy
“Ada dua kemungkinan Mas kalau Tata sampai minta tukeran HP”
“Dua??? Kemungkinan apa itu?”
“Yang pertama dia lagi menghindari cowok yang ngejar dia atau yang baru dia putusin dan yang kedua menghindari cewek yang cowoknya lagi kepincut ma Tata”
Zaldy memberikan jawabannya tanpa ekspresi sama sekali, Raka menghentikan tarian jemarinya sejenak mengernyitkan dahi mencerna jawaban Zaldy
“Nggak usah bingung Mas, kalau Mas Raka pikirin itu tindak tanduk Tata…. Al jamin pasti Mas Raka nggak akan bisa tidur. Hahahhhaaa”
“Bukannya dia baru putus ya…. Kalau nggak salah waktu itu lo marah karena harus ngantarin dia ke Bandara buat nemuin mantannya dengan urusan yang ga penting”
“Shit… nggak usah dibahas kenapa, sebel gue kalau inget itu”
Raka menahan tawanya mengingat curhatan sang adik yang dibuat jengkel oleh ulah Tata sampai harus meninggalkan kuliah dan mendapat makian dari pengguna jalan raya hanya demi sang mantan yang tidak pernah dianggap penting oleh Tata.
“Sebenarnya urusannya waktu itu apa, Al?”
Raka masih menggoda
“Auh Ah…. Nagih utang kali”
“Hhahahhaaa lagian kenapa nggak kamu pacarin sendiri sih, kan enak Lo udah apal ma tetek bengeknya Tata”
“Kalau Mas Raka mau, pacarin aja sendiri. Aku mah ogah!”
Zaldy mengetuk ngetukkan tangannya keatas meja dengan mulut komat kamitnya
“Dia cantik loh Al, otaknya juga cerdas. Anak tunggal dan orang tuanya baik. Memang kenapa?”
“Cantik mah cantik Mas, pinter juga gue akui dan saking pinternya itu bocah kadang susah dinalar. Pacaran sama dia sama aja bersedia mati muda”
Raka mengembangkan senyumnya mendengar jawaban Zaldy, jawaban Zaldy sudah memberikan ketenangan tersendiri buatnya karena adiknya masih mengangap Tata tidak lebih dari seseorang yang harus ia lindungi.
“Dan perlu Mas Raka catat ya…. Kalau dia udah ganti mobil seperti hari ini, artinya ada seseorang yang akan dia temui, entah itu gebetan atau hanya sekedar cowok asing yang dia tidak ingin jati dirinya diketahui”
“Jati diri??”
“hahahhaha iya, jati diri.... udah ah Mas, semakin Mas Raka penasaran maka Mas akan semakin pusing

Sementara itu Tata yang sudah sampai ke tujuannya masih bertahan di dalam mobilnya. Ia sibuk dengan layar ponselnya, sesekali dia terlihat manggut manggut mengikuti irama musik yang ia mainkan. Pandangannya terbagi dalam dua fokus, layar ponsel dan suasanan sekitar yang ia datangi kini. Beberapa menit dia bertahan dengan suasana gelap dalam mobilnya, namun tidak bertahan lama. Ia mulai gerah dan tidak sabar, tepi jalan tempatnya memarkirkan mobil terlihat masih sepi. Beberapa kali ada yang melewatinya dengan pandangan yang aneh, aneh karena dialah satu satunya cewek yang berada di tempat yang gelap sendirian hanya ditemani nyamuk nyamuk (kayak cabe cabean nunggu mangsa.. hahahhaha). Tata mulai gelisah, lapangan terlihat mulai dipenuhi oleh penggila basket (dan penggila nonton cowok keren main basket) dia kembali memfokuskan pandangannya pada layar ponsel dengan muka keselnya
“Mana?? Gue dah disini, dianya ga nongol?”
“Ya mana gue tau Ta? Belum datang aja kali” jawab seseorang yang menerima telepon di seberang
“Gimana sih, katanya jadwal dia latihan disini dah jelas dan akurat?”
“Iya… memang dia rutin disana tiap hari rabu malam gini. Lo tungguin aja kenapa sih?”
“Gile aja lu, orang orang udah lihatin gue kayak cabe cabean tau? Ah info Lo akuratnya dari Pluto”
Tidak ada jawaban…. Tata terus ngomel nggak jelas
“Lo dapat info dari mana sih Ren? untung informan Lo nggak bilang dia latihan malam jum’hat, malaman dikit gue bisa disangka kuntilanak menteng cari sate”
“hahahahahha sabar neng, Lo aja kali datangnya kecepeten, Lo sama Al nggak?”
“Hah?? Ngapain gue datang sama Al, urusan bisa panjang kalau gue datang sama Al”
“Ya kali aja Lo bisa minta tolong dia untuk nanya ke anak anak yang latihan disana. Dia kan juga main basket, palingan adalah yang dia kenal disana”
“Hadeeew … ogah, gengsi gue kalau urusan gini musti minta bantuan Al. Lo aja sini deh temenin gue”
“Jangan gila Ta, gue dah bilang kalau lg di tempat tante gue. Jauh kali, belum macetnya”
“Aaaargh… udah ah gue mo pulang aja. Mau dia keren kek, kapten kek.. bodoh amat”
“Yakin lo nggak nyesel?”
“Kagak… gue hanya bakal nyesel kalau dia seganteng Capt Yoo”
“Ampun Tata, sabaran dikit kenapa. Udah ah tungguin bentar, ntar juga dia nongol”
Renita mulai tidak tahan oleh ocehan Tata yang tidak ada habisnya
“Iya kalau nongol, kalau kagak? Ah mending gue balik aja Ren, kelamaan disini gue bisa anemia disedotin mulu ma nyamuk”
“Yow is lah karepmu wae Ta, lagian Lo yang penasaran kok”
“Penasaran ma penantiannya kagak kuat gue kalau ntar nggak cocok”
“Ya udah sana pulang aja, nggak usah ngomel mulu. Pelukin Capt Yoo lo aja kalau nggak sabar”
“Bye, gue balik Ren”
Tata menutup teleponnya, dia masuk kembali kedalam mobilnya bersiap untuk meninggalkan taman.
Kalau tiba tiba Al nongol latihan disini juga urusan bisa ruwet. Mending gue cabut aja, mau dia secakep Pangeran Arab kek, bodoh amat’ gerutu Violetta sembari bersiap menginjakkan kakinya pada pedal gas dan melensat jauh menuju taman mimpinya yang sesungguhnya, kasur.



DON'T MISS IT :
Part 1. PLAY GIRL JATUH CINTA : Innocent

Tidak ada komentar:

Posting Komentar