PLAY GIRL JATUH CINTA
Part 2. Cuek
Mentari
sudah beranjak pulang, tapi hawa Jakarta masih cukup kuat menyedot keringat
yang bersembunyi di dalam tubuh. Sebuah sedan sporty hitam bernopol B 374 TA
berhenti di halaman rumah keluarga Arifin. Lumayan lama pengemudinya tidak
kunjung keluar, nyonya Martha yang tengah menikmati teh melatinya sambil
menikmati suasana sore yang bermaksud untuk menyambut kedatangan anggota
keluarganya tertegun sesaat, ia tidak mengenali mobil yang kini ada di pekarangan
rumahnya begitupun dengan pengemudinya, kaca mobil yang belum juga terbuka
serta penglihatan yang tidak lagi jelas membuat wanita paruh baya itu hanya
menunggu sambil terus melihat kearah yang sama. Klek handle pintu terbuka, sandal teplek berwarna putih (sandal
jepit) melekat di kaki putih yang keluar dari dalam mobil. Samar samar dari
kejauhan itu adalah seorang wanita berambut panjang dengan kaca mata hitam,
tapi kenapa dengan sandal jepit? Nyonya Martha sedikit menyunggingkan senyumnya
karena ia cukup geli dengan penglihatannya sendiri. Sangat kontras, pikirnya.
Belum lagi jelas terlihat siapa wanita itu, mobil CRV putih memasuki halaman
rumah, kali ini sudah pasti bahwasannya itu adalah putra sulungnya yang baru
pulang kerja. Ya Raka selalu pulang cepat beberapa hari ini karena merasa
badannya kurang sehat. Konsentrasi Nyonya Martha kini beralih pada sang putra,
ia tersenyum menyambut pria muda ganteng itu menghampirinya memberikan ciuman
salam.
“Lagi
ngapain Ma?”
“Nggak
ada, cuma santai saja.. bagaimana pekerjaanmu?”
“Alhamdulillah
semuanya lancar…. Hmm, itu siapa Ma?”
Rupanya
Raka pun ikut penasaran dengan pemilik mobil yang terparkir di halaman
rumahnya. Sekilas dia melewatinya saat memasuki pelataran rumah, tapi karena
sang tamu sedang sibuk di dalam mobil untuk mengambil barang yang ada di jok
belakang membuat Raka tidak bisa melihat wajah gadis itu dengan jelas, yang dia
tahu bahwa orang itu seorang wanita berambut panjang dengan body yang tidak
terlalu besar. Bisa disimpulkan bahwa itu seorang wanita muda. Nyonya Martha
menggandeng tangan putranya dan melangkah memasuki rumah masih dengan
berbincang kecil sekedar berbagi tentang hari yang telah mereka lalui dan
membuang rasa penasarannya akan sosok yang berhenti di halaman rumahnya
“Sore
Tanteeeee….”
Mendengar
sapaan dari sumber suara yang tidak asing membuat keduanya menghentikan
langkah, baik Nyonya Martha maupun Raka menengok kembali ke belakang punggung
mereka. Nyonya Martha mengernyitkan dahinya sedikit heran dengan apa yang ia
lihat sementara Raka hanya memasang ekspresi datar. Violetta berjalan dengan
beberapa kantong belanjaan ditangannya. Entahlah setan apa yang merasuki gadis
itu sehingga dia dengan belanjaan yang begitu banyak ke rumah keluarga Arifin
“Astaga
Tataaa…. Dari tadi tante nggak bisa ngenalin kalau itu kamu”
Sapa
ramah ibunda Raka dan Zaldy pada gadis cantik nan ceria itu, seperti biasanya
ia menyambut Tata dengan keramahan yang luar biasa seperti seorang Mama
menyambut kedatangan putri tercintanya.
“Tata
makin cantik ya Tante?”
Canda
Tata begitu mereka sudah saling berhadapan, mendengar itu nyonya Martha hanya
tersenyum mengangguk dan membelai lembut rambut gadis itu penuh kasih sayang.
Raka melenggang tanpa komentar dengan sedikit pandangan dingin nan khas yang
selalu ia tunjukkan tiap kali Tata merayu mamanya
“Apa
ini sayang, kok banyak amat? Kamu habis borong ya?”
Nyonya
Martha yang telah menerima beberapa paper bag dari Tata melongok sedikit ke
dalam isi tas yang Tata berikan.
“Ih
males Tan kalau harus nge-Mall. Itu oleh oleh Mama dari Solo buat Tante dan
semuanya yang ada disini”
“Waduuuh
mamamu repot amat bawain kami oleh oleh. Kirain tadi anak tante yang cantik ini
mau belajar masak”
“Tadinya
mama mau ikut kesini Tan, tapi karena tante Rose belum balik jadi nemenim tante
dulu”
“Oh
ga apa apa, bilang sama Mama, terima kasih”
Nyonya
Martha mengeluarkan isi Paper Bag yang ia bawa, sebuah kain batik dengan motif
indah ia hentangkan dan tempelkan dibadannya dengan senyum mengembang
“Bagus
Ta… tante suka. Tapi ini banyak banget, apa aja Ta?”
“Nggak
tahu Tan, buka aja semuanya. Paling juga makanan atau apalah khas Solo. Mama
kan doyan kuliner, pasti salah satunya isi makananlah Tan”
Nyonya
Martha sibuk mengeluarkan barang barang yang Tata kasih, ia memilih dan memilah
barang barang harus diantarkan ke ruang yang mana yang ada di rumahnya.
Sementara itu Tata sudah berkelana di dalam rumah. Masuk dalam dapur,
menggeledah meja makan dan menjarahnya lalu naik ke lantai atas mencari mangsa
untuk diusilin.
Gadis
yang menghabiskan hampir 90% waktu di rumah ini sudah tidak canggung lagi untuk
menerobos masuk ke berbagai area yang ada di dalam rumah, tak terkecuali kamar
kamar kedua cowok putra sang pemilik rumah.
”Maaaaa,
mobil siapa Ma di depan itu”
Suara
Zaldy terdengar oleh gendang telinga Tata, gadis yang sudah ada di lantai dua
dan siap untuk menerobos kamar Zaldy itupun menghentikan niatnya, ia berlari
kecil menuruni tangga Plak plok plak plok
terdengar sangat berisik.
“Mobil
gue… bagus kan Al?”
Tata
langsung menyergap Zaldy yang terduduk di atas sofa dekat sang Mama yang tengah
sibuk dengan hadiah hadiah dari mama Tata
“Astagaaaa,
gue capek Ta. Lo feminine dikit kek di depan gue. Belajar jaim di depan cowok”
Tata
tidak memperdulikan protes dari Zaldy, dia terus merapatkan dirinya duduk
bersila diatas sofa menghadap Zaldy
“Ada
apaan sih? Sikap lo aneh tau nggak?”
“Nggak
ada apa apa”
“Hadeeew,
kenapa nasibku sial banget di templokin Lo mulu ya”
“Yakin
sial mengenal gue?”
Tata
memasang wajah termanis yang ia miliki dan terus memandang Zaldy yang bersandar
lelah di atas sofa. Merasa tidak ada respon dari Zaldy, secepat kilat tangan
gadis itu beraksi. Tas yang ada dipangkuan Zaldy disambarnya, ia membuka tiap
bagian yang ada disana. Zaldy memandang dengan heran tanpa ada larangan ataupun
protes yang ia lontarkan. Nyonya Martha yang semula sibuk dengan tas oleh oleh,
kini pun memperhatikan Tata yang sibuk merazia tas putra bungsunya. Tak
terkecuali Raka yang baru menuruni tangga, ia sempat menghentikan lankahnya
karena suara berisik yang Tata timbulkan. Apa yang ia cari tak dapat ia
temukan, ia beralih pada kemeja yang Zaldy kenakan
“Lo
apa apaan sih Ta? Iiish…. Geli tau”
Zaldy
menghempaskan tangan Tata beberapa kali tapi Tata bersikeras untuk menemukan apa
yang ia cari
“Diam
bentar ah”
Tata
menatap Zaldy dengan perintahnya, mata nyonya Martha dan Raka terus tertuju
pada tingkah aneh gadis itu
“Diem
ya, kalau lo bergerak mulu ntar gue sentil lo”
Tata
mengarahkan telunjukkan ke area sensitive Zaldy
Uhuk Raka
yang tengah berjalan dengan segelas air putih di tangannya tersedak saat
mendengar dan melihat apa yang Tata lakukan, begitupun dengan nyonya Martha.
Wanita paruh baya itu melotot tidak percaya dengan apa yang ia lihat. Wajah
Zaldy memerah, ia mungkin bisa membaca apa yang dipikirkan oleh ibundanya dan
kakaknya, tapi Tata tidak mmberikan reaksi apapun. Dengan cueknya ia bermaksud
untuk merogoh kantong depan celana Zaldy
“Wait…..
wait… wait”
Dalam
satu kali gerakan, Zaldy berdiri menghindar
“Tunggu,
tunggu.. lo jangan gila ya Ta”
“Sini
nggak?”
Tata
dengan wajah memerintahnya masih keras kepala, Raka menggeleng. Gadis gila, bisiknya dalam hati. Sekilas
apa yang ia alami beberapa hari yang lalu berkelebatan di pikirannya, ia mulai
memikirkan beberapa kemungkinan gila yang terjadi antara adiknya dengan Tata
saat mereka bersama. Meskipun ia sadar bahwa Zaldy menganggap Tata sebagai
saudara perempuan yang harus ia lindungi, tapi sebagai laki laki normal Zaldy
mungkin juga tidak bisa mengontrol dirinya saat dihadapkan pada situasi situasi
tertentu apalagi kegilaan Tata sulit untuk diprediksi. Ia menggelengkan
kepalanya mencoba menyingkirkan pikiran pikiran tidak warasnya.
Tata
masih mengejar Zaldy dengan ketidakjelasannya, sampai akhirnya…..
Strumming my pain with
his fingers
Singing my life with
his words
Killing me sofly with
his song……♫♪♫♫ ♪♪♪♫
Keduanya
terdiam, untuk beberapa saat adegan kejar kejaran ala Tom and Jerry terhenti.
Mata keduanya berpandangan, ada senyum dibibir Tata yang tak dimengerti oleh
Zaldy. Tanpa menunggu banyak waktu terbuang Tata berlari ke arah sumber suara
yang berada di meja kecil dekat pintu garasi, Meja yang biasa digunakan
keluarga Arifin sebagai meja mereka menyimpan kunci mobil (enak bener ya kalau ada maling nggak usah susah nyari hehehe)
“Astagaaaaa……
dari tadi lo nyari HP gue?”
Zaldy
masih termangu di tempatnya berdiri membiarkan Tata mengambil ponselnya yang
berdering. Ia bahkan tidak memiliki kehawatiran saat Tata mengangkat
teleponnya.
“Oke,
gue sampein ya”
Pungkas
Tata sebelum dia menutup telepon. Dengan wajah yang masih tersenyum penuh
kemenangan, dia kembali pada nyonya Martha. Kegaduhan dan sikap kekanak kanakan
yang baru saja dia lakukan usai sudah. Nafasnya sedikit terengah karena berlari
larian dan mencoba mengalahkan kekuatan Zaldy hanya untuk menemukan hal yang
tidak pernah dibawa oleh sahabatnya itu. Bugh
satu bantalan kursi mendarat tepat diwajah Tata, Zaldy mengikutinya terduduk
lemas karena kecapekan di hamparan karpet yang ada tak jauh dari posisi Tata
sementara nyonya Martha dan Raka yang menjadi penonton kini hanya bisa
tersenyum tanpa mengeluarkan komentar apapun selain geli.
“Ayo
Al sana mandi dulu. Bau tau…. Dari kampus seharian belum lagi lari larian
barusan, Mama gerah lihatnya”
“Bentar
dulu Ma, masih panas hawa badan Al”
Nyonya
Martha berdiri dengan membawa paper bag yang Tata bawakan tadi, ia tersenyum
pada Tata sebagai ucapan terima kasihnya.
“Heiii….
Yaaaa yaaa yaaa”
Tiba
tiba Raka setengah berteriak meletakkan majalah yang ada ditangannya dan
memandang Tata. Tata memonyongkan bibirnya ketus dengan tatapan mata kesal
“Hadeeewww
pelit amat, air putih doang”
Protesnya
pada tatapan Raka yang mengintimidasinya, namun ia tetap menenggak isi gelas
yang sudah ia pegang Glek hingga
tandas tak bersisa.
“Huft,
kapan Lo akan dewasa Ta?”
“Idiiih
apa hubungannya minum air putih sama kedewasaan?”
“Bukan
air putihnya yang menjadi soal, tapi sikap Lo yang bertindak seenak hatimu itu
yang perlu di ruwat”
“Halaah
bilang aja pelit Mas, atauuuu nggak mau berbagi gelas. Hahahahahhaa takut jatuh
cinta sama gue?”
“Bukan
itu Ta…. Huft ngomong sama Lo kayak ngomong ma tembok ya, nggak pernah bener”
“Bahahahahahahaaaa”
Zaldy
tertawa terbahak bahak melihat kekesalan kakaknya yang terus dibantah oleh
Tata, cowok itu dengan cuek membuka lebar lebar tawanya sambil berbaring
melantai
“Hust
hust hust… ini kenapa sih masih ribut aja, Al buruan mandi sudah adzan maghrib
tuh. Raka… ayo, buruan Mas”
Nyonya
Martha menghentikan gelak tawa Zaldy dengan sabetan handuk memerintahkannya
untuk segera mandi. Raka berdiri bersiap memimpin sholat maghrib seperti
perintah sang bunda.
---
Langit
Jakarta sudah mulai gelap, adzan maghrib juga sudah lama berlalu, Zaldy dan
Raka berbincang di teras samping rumah mereka menghadap taman nang teduh hasil
ketekunan sang mama merawat bunga bunga cantik yang ada disana, gemericik suara
air mancur yang ada di kolam ikan kecil di tengah taman menambah kesan keasrian
di tengah ibu kota. Tata menghampiri keduanya dengan membawa pisang goring yang
nyonya Martha bikin sebagai kudapan. Belum lagi Tata meletakkan piring yang ia
bawa sorotan lampu menyilaukan matanya sehingga ia sedikit membuang muka
melindungi matanya. Sedan hitam memasuki garasi rumah.
“Apa
itu Ta, bikinanmu kah?”
“Iiih
Om bertanya apa ngledek sih?”
Pak
Arifin yang baru pulang dari kantor memasuki rumah dengan sapaan yang selalu
membuat Tata sedikit nyengir karena malu. Pak Arifin mengacak rambut Tata
lembut lengkap dengan senyumnya, nyonya Martha yang menyambut kedatangan
suaminya ikut tersenyum lalu keduanya memasuki rumah meninggalkan ketiga anak
muda itu di teras samping. Setelah bebarapa saat berlalu, Tata melirik jam yang
melingkar di tangannya, Zaldy yang melihat itu langsung berkomentar
“Mau
pulang lo?”
Tata
tak menjawab tapi hanya memberikan senyumnya yang setengah menyengir
mengibaskan rambut meninggalkan Zaldy
“Woooi
tunggu, telepon tadi sore dari siapa?”
“Nogi”
jawab Tata berteriak dari dalam rumah
“Dia
bilang apa?” kembali Zaldy bertanya dengan teriakan yang sama
“Katanya
dia batal latihan”
“Cuma
itu?? Lainnya??”
“Kagak
ada!!”
“Terus
HP gue mana?? Ngapain lo tahan HP gue?”
“Taaaaaaaa….”
Tak
ada jawaban dari Tata, Zaldy berteriak lebih kencang membuat Raka menutup
kupingnya dan melotot ke arah Zaldy. Dari Kaca yang memisahkan ruang keluarga
dan taman samping nampak Tata tengah berbincang dengan orang tua Zaldy. Dari
penampilannya yang sudah lengkap dengan tas slempangnya, sepertinya gadis itu
hendak pamit dan benar tak lama dari itu Tata kembali menghampiri dua
bersaudara itu dengan melemparkan sebuah ponsel ke arah Zaldy
“Salah!”
“Lo
pake HP gue, sementara gua pake HP lo, okay”
Tata
memainkan alis matanya dengan tersenyum genit ke arah Zaldy lengkap dengan
tangan yang menandakan persetujuan. Tanpa menunggu jawaban, kakinya sudah
melangkah lagi
“Haiii…
Lo mau kemana?”
“Ada
deh, kepo deh lo!”
“Lo
ada kencan lagi….. siapa Ta?”
“Ribet
deh ah…. Dah ah gue pergi dulu, bye bye!.... Tata pergi Om, Tante…
Assalamualaikum” teriak gadis itu melenggang melewati ruang tamu.
“Hati
hati Ta, jangan pulang malam malam”
Raka
menyaut singkat memandang punggung Tata yang mulai menjauh, lambaian tangan Tata
mengiyakan pesan Raka sementara Zaldy hanya menggeleng dengan muka kecutnya.
Sepeninggalan
Tata rumah kembali sepi, suara ceria Tata (lebih tepatnya gaduh) seakan membawa
segala keceriaan yang ada, kini yang tersisa di dalam rumah itu adalah suasana
kelelahan dari masing masing penghuninya, namun tetap hangat karena kebersamaan
yang tercipta. Dua bersaudara yang terpaut beberapa tahun perbedaan usia itu
kini sedang asyik dengan laptop masing masing
di ruang keluarga dengan perbincangan ringan semantara orang tua mereka
tengah berbincang diatas sofa yang tidak jauh dari tempat mereka berada.
“Al,
lo sering tuker HP gitu?”
Raka
melontarkan pertanyaannya pada sang adik mencoba menjawab keingintahuannya
“Lumayan
Mas, emang kenapa?”
“Ya
nggak apa sih, tapi apa privacy Lo nggak terganggu?”
“Yealaah
Mas, Tata ini…. Paling juga dia lagi mengindari seseorang”
“Menghindari?
Maksud lo?”
Raka
semakin penasaran dengan jawaban jawaban Zaldy
“Ada
dua kemungkinan Mas kalau Tata sampai minta tukeran HP”
“Dua???
Kemungkinan apa itu?”
“Yang
pertama dia lagi menghindari cowok yang ngejar dia atau yang baru dia putusin
dan yang kedua menghindari cewek yang cowoknya lagi kepincut ma Tata”
Zaldy
memberikan jawabannya tanpa ekspresi sama sekali, Raka menghentikan tarian
jemarinya sejenak mengernyitkan dahi mencerna jawaban Zaldy
“Nggak
usah bingung Mas, kalau Mas Raka pikirin itu tindak tanduk Tata…. Al jamin
pasti Mas Raka nggak akan bisa tidur. Hahahhhaaa”
“Bukannya
dia baru putus ya…. Kalau nggak salah waktu itu lo marah karena harus ngantarin
dia ke Bandara buat nemuin mantannya dengan urusan yang ga penting”
“Shit…
nggak usah dibahas kenapa, sebel gue kalau inget itu”
Raka
menahan tawanya mengingat curhatan sang adik yang dibuat jengkel oleh ulah Tata
sampai harus meninggalkan kuliah dan mendapat makian dari pengguna jalan raya
hanya demi sang mantan yang tidak pernah dianggap penting oleh Tata.
“Sebenarnya
urusannya waktu itu apa, Al?”
Raka
masih menggoda
“Auh
Ah…. Nagih utang kali”
“Hhahahhaaa
lagian kenapa nggak kamu pacarin sendiri sih, kan enak Lo udah apal ma tetek
bengeknya Tata”
“Kalau
Mas Raka mau, pacarin aja sendiri. Aku mah ogah!”
Zaldy
mengetuk ngetukkan tangannya keatas meja dengan mulut komat kamitnya
“Dia
cantik loh Al, otaknya juga cerdas. Anak tunggal dan orang tuanya baik. Memang
kenapa?”
“Cantik
mah cantik Mas, pinter juga gue akui dan saking pinternya itu bocah kadang
susah dinalar. Pacaran sama dia sama aja bersedia mati muda”
Raka
mengembangkan senyumnya mendengar jawaban Zaldy, jawaban Zaldy sudah memberikan
ketenangan tersendiri buatnya karena adiknya masih mengangap Tata tidak lebih
dari seseorang yang harus ia lindungi.
“Dan
perlu Mas Raka catat ya…. Kalau dia udah ganti mobil seperti hari ini, artinya
ada seseorang yang akan dia temui,
entah itu gebetan atau
hanya sekedar cowok asing yang dia tidak ingin jati dirinya diketahui”
“Jati
diri??”
“hahahhaha
iya, jati diri.... udah ah Mas, semakin Mas
Raka penasaran maka Mas akan semakin pusing”
Sementara itu Tata yang sudah sampai ke tujuannya masih
bertahan di dalam mobilnya. Ia sibuk dengan layar ponselnya, sesekali dia
terlihat manggut manggut mengikuti irama musik yang ia mainkan. Pandangannya
terbagi dalam dua fokus, layar ponsel dan suasanan sekitar yang ia datangi
kini. Beberapa menit dia bertahan dengan
suasana gelap dalam mobilnya, namun tidak bertahan lama. Ia mulai gerah dan
tidak sabar, tepi jalan tempatnya memarkirkan mobil terlihat masih sepi.
Beberapa kali ada yang melewatinya dengan pandangan yang aneh, aneh karena
dialah satu satunya cewek yang berada di tempat yang gelap sendirian hanya
ditemani nyamuk nyamuk (kayak cabe cabean
nunggu mangsa.. hahahhaha). Tata mulai gelisah, lapangan terlihat mulai
dipenuhi oleh penggila basket (dan
penggila nonton cowok keren main basket) dia kembali memfokuskan
pandangannya pada layar ponsel dengan muka keselnya
“Mana??
Gue dah disini, dianya ga nongol?”
“Ya
mana gue tau Ta? Belum datang aja kali” jawab seseorang yang menerima telepon
di seberang
“Gimana
sih, katanya jadwal dia latihan disini dah jelas dan akurat?”
“Iya…
memang dia rutin disana tiap hari rabu malam gini. Lo tungguin aja kenapa sih?”
“Gile
aja lu, orang orang udah lihatin gue kayak cabe cabean tau? Ah info Lo
akuratnya dari Pluto”
Tidak
ada jawaban…. Tata terus ngomel nggak jelas
“Lo
dapat info dari mana sih Ren? untung informan Lo nggak bilang dia latihan malam
jum’hat, malaman dikit gue bisa disangka kuntilanak menteng cari sate”
“hahahahahha
sabar neng, Lo aja kali datangnya kecepeten, Lo sama Al nggak?”
“Hah??
Ngapain gue datang sama Al, urusan bisa panjang kalau gue datang sama Al”
“Ya
kali aja Lo bisa minta tolong dia untuk nanya ke anak anak yang latihan disana.
Dia kan juga main basket, palingan adalah yang dia kenal disana”
“Hadeeew
… ogah, gengsi gue kalau urusan gini musti minta bantuan Al. Lo aja sini deh
temenin gue”
“Jangan
gila Ta, gue dah bilang kalau lg di tempat tante gue. Jauh kali, belum
macetnya”
“Aaaargh…
udah ah gue mo pulang aja. Mau dia keren kek, kapten kek.. bodoh amat”
“Yakin
lo nggak nyesel?”
“Kagak…
gue hanya bakal nyesel kalau dia seganteng Capt Yoo”
“Ampun
Tata, sabaran dikit kenapa. Udah ah tungguin bentar, ntar juga dia nongol”
Renita
mulai tidak tahan oleh ocehan Tata yang tidak ada habisnya
“Iya
kalau nongol, kalau kagak? Ah mending gue balik aja Ren, kelamaan disini gue
bisa anemia disedotin mulu ma nyamuk”
“Yow
is lah karepmu wae Ta, lagian Lo yang penasaran kok”
“Penasaran
ma penantiannya kagak kuat gue kalau ntar nggak cocok”
“Ya
udah sana pulang aja, nggak usah ngomel mulu. Pelukin Capt Yoo lo aja kalau
nggak sabar”
“Bye,
gue balik Ren”
Tata
menutup teleponnya, dia masuk kembali kedalam mobilnya bersiap untuk
meninggalkan taman.
‘Kalau tiba tiba Al nongol latihan disini juga urusan bisa ruwet.
Mending gue cabut aja, mau dia secakep Pangeran Arab kek, bodoh amat’
gerutu Violetta sembari bersiap menginjakkan kakinya pada pedal gas dan
melensat jauh menuju taman mimpinya yang sesungguhnya, kasur.DON'T MISS IT :
Part 1. PLAY GIRL JATUH CINTA : Innocent
Tidak ada komentar:
Posting Komentar